Kecenderungan kurang mau membaca merupakan salah satu kendala dari kecerdasan ini tidak tumbuh. Dari baca, akan diperoleh pengetahuan yang luas, ada kesempatan untuk melatih pikiran untuk mengkritisi suatu persoalan yang dapat mengembangkan kemampuan menyelesaiakan persoalan. Kebiasaan baca akan tumbuh pemikiran kritis, timbul ide-ide baru, kreativitas berkembang sesuai dengan potensi intelektual yang dimiliki. Terpikirkah proses perkembangan berpikir pada anak ini oleh ibu/orang tua, guru oleh Pemerintahan dibidang pendidikan?
Pengembangan persepsi auditif diberikan melalui dikte, perkembangan persepsi visual, dan penegnalan konsep-konsep diberikan melalui pengenalan bentuk-bentuk nyata, gambar-gambar, dan bermain puzzle, namun pemahaman ucap tidak disentuh dalam mengajarkan persiapan baca. Ucap merupakan aktivitas gerakkan otot-otot mulut yang mengeluarkan bunyi disaat anak melihat tulisan atau ada kata yang akan dibicarakan. Ucap dibunyikan, seolah-olah sangat bergantung pada masing-masing anak. Tidak pernah disadari bahwa pengucapan dalam baca dibutuhkan pengucapan yang tepat, terbukti tidak sedikit siswa SD diatas kelas 2, siswa SMP dan juga siswa SMA pada Bangsa Indonesia ditemukan membaca dengan mengeja. Berdasarkan teori perkembangan mengeja dipelajari pada kelas satu SD.
Mengeja, berarti anak sibuk memahami cara pengucapan dari kata yang dibaca, berarti belum mempelajari isi bahan bacaan.Anak membaca, tetapi pengetahuan masih harus dijelaskan, karena selama anak membaca ia tidak paham makna dari setiap kalimat yang dibaca(sibuk memikirkan pengucapan yang benar dari kalimat yang di baca). Kebutuhan dijelaskan kembali bukan yang hanya berkaitan dengan bidang akademik tetapi juga bahan bacaan lain, kecuali membaca komik.